Rabu, 15 April 2015

Aliran Psikologi

  Pada kesempatan kali ini, perkenankan saya berbagi tentang mata kuliah favorit saya. Saya, masih aktif menjadi mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Gresik. Fakultas Psikologi adalah jurusan saya.

 alasan saya mengambil jurusan tersebut ialah salah satunya saya bercita-cita ingin memiliki profesi di dunia psikologi. karena menurut saya dunia psikologi adalah dunia yang menyenangkan. ketika kita bisa membantu menyelesaikan permasalahan orang lain atau minimal meringankan bebanya. saya akan merasa menjadi seorang yang lebih berguna.

selama saya menjadi mahasiswa, saya menyukai mata kuliah PSIKOLOGI UMUM. berikut akan saya bagikan sedikit tentang beberapa aliran dalam ilmu psikologi.


A.    Aliran Strukturalisme

       Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi konten.

       Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai salah satu tokoh penggagas aliran ini, meskipun masih banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap memberi pengaruh lebih luas. Aliran ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain,seperti sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis , teori sastra dan arsitektur. Ini menjadikan strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alas eksistensialisme di Perancis tahun 1960-an.

       Menurut Alison Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan intelektual’. Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan. Kedua, kaum strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur. Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada ‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan. Dan terakhir struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.

       Strukturalisme memiliki berbagai tingkat pengaruh dalam ilmu sosial, dan pengaruh sangat kuat dapat terlihat di bidang sosiologi. Aliran Strukturalis menyatakan bahwa budaya manusia harus dipahami sebagai sistem tanda (system of signs). Robert Scholes mendefinisikannya sebagai reaksi terhadap keterasingan modernis dan keputusasaan. Para kaum strukturalis berusaha mengembangkan semiologi (sistem tanda). Ferdinand de Saussure adalah penggagas strukturalisme abad ke-20, dan bukti tentang hal ini dapat ditemukan dalam Course in General Linguistics, yang ditulis oleh rekan-rekan Saussure setelah kematiannya dan berdasarkan catatan para muridnya. Saussure tidak memfokuskan diri pada penggunaan bahasa (parole, atau ucapan), melainkan pada sistem yang mendasari bahasa (langue). Teori ini lalu muncul dan disebut semiologi. Namun, penemuan sistem ini harus terlebih dahulu melalui serangkaian pemeriksaan parole (ucapan). Dengan demikian, Linguistik Struktural sebenarnya bentuk awal dari linguistik korpus (kuantifikasi). Pendekatan ini berfokus pada  bagaimana sesungguhnya kita dapat mempelajari unsur-unsur bahasa yang terkait satu sama lain  ’sinkronis’ daripada ‘diakronis’. Akhirnya, dia menegaskan bahwa tanda-tanda linguistik terdiri atas dua bagian, sebuah penanda (pola suara dari sebuah kata, baik dalam proyeksi mental – seperti pada saat kita membaca puisi untuk diri kita sendiri dalam hati – atau sebenarnya, realisasi fisik sebagai bagian dari tindak tutur) dan signified (konsep atau arti kata). Ini sangat berbeda dari pendekatan sebelumnya yang berfokus pada hubungan antara kata dan hal-hal di dunia dengan referensinya.

       Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi konten.

       Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.
       Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan :

1.      Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2.      Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3.      Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf

       Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.

       Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak intergritasnya.

       Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.

       Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.

B.     Aliran Fungsionalisme

       Fungsionalisme adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang secara menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.

1.      Konsep Fungsionalisme

       Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
       Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan.
       Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell.

2.      Tokoh-tokoh

·         John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbian University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia.

·         James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.

Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.

·         Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme.
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.

3.      Ciri – Ciri Fungsionalisme

Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
                                                 ·          Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
                                                 ·          Mampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
                                                 ·          Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
                                                 ·          Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
                                                 ·          Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi.
                                                 ·          Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, Metode yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

4.      Metode – metode dalam Fungsionalisme

Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi.
                                                 ·          Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
-          Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.
-          Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi iniah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
-          Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.

5.      Aliran dalam Fungsionalisme

       Fungsionalisme mempunyai 2 (dua) aliran, namun pendiri fungsionalisme itu sendiri adalah :
1.      Aliran Fungsionalisme Chicago
Terdapat banyak tokoh Fungsionalisme di Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan menjadi aliran tersendiri yang disebut Fungsionalisme Chicago.
-  John Dewey (1859-1952)
Pada tahun 1886 menulis buku yang berjudul “Psychology” dan dalam bukunya ini beliau mengenalkan  Cara orang Amerika belajar psikologi yaitu melalui cara pragmatismeSarjana-sarjana di Amerika kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih tertarik pada pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?” John Dewey juga menganjurkan metode yang Ia sebut dengan Learning by doing (belajar sambil melakukan) Dewey berpendapat bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai tujuan, oleh karena alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
-          James Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap fungsionalisme, yaitu:
                                                                                              ·          Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental,
                                                                                              ·          Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut sebagai teori emergensi dari kesadaran,
                                                                                              ·          Fungsionalisme adalah psiko-phisik, yaiitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
2.      Aliran Fungsionalisme Columbia
Selain di Chhicago, Fungsionalisme juga mempunyai banyak tokoh di Teachers College Columbia yang disebut aliran Columbia. Ciri aliran ini adalah kebebasannya meneliti tingkah laku yang dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan psikologi tak perlu ersifat deskriptif karena yang penting adalah korelasi tingkah laku dengan tingkah laku lain.
-          James MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung teori mengenai kebebasan dalam mempelajari tingkah laku. Ia mempunyai dua pandangan mengenai aliran fungsionalisme, yaitu:
                                                                                              ·          Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme karena manusia dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan suatu kesatuan,
                                                                                              ·          Fungsionalisme  tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena yang penting adalah fungsi tingkah laku. Sehingga yang harus dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya.
-          Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee pernah bekerja di “Teachers College of Columbia” dibawah kepemimpinan James Mc. Keen Cattel. Thorndike lebih menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa prinsip:
                                                                                              ·          The Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan, sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.
                                                                                              ·          The Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulangulang.
C.     Aliran  Psikoanalisis

       Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku  Psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfrefd Adler, yang menciptakan nama ''psikologi analitis'' dan ''psikologi individual'' bagi ajaran masing-masing.
       Aliran ini pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat seorang masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang ketidaksadaran telah banyak mengilhami para ahli psikologi analisis yang hidup setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada pengertian dan pengobatan gangguan mental. Ia sedikit sekali menaruh minat terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; sensasi, persepsi, berfikir dan kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan dan mengarahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang diistilahkannya sebagai ketidaksadaran.

Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang Normalitas dan Abnormalitas psikol
ogis dan perawatan terhadap orang-orang yang tidak normal. Menurut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidaksadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar didasarkan pada interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi.

Menurut Freud, “Dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dan konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari”. Dalam formulasi-formulasi Freud “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Karena, menurut Freud “Dorongan seksual melahirkan sejumlah energi psikis yang disebut libido untuk perilaku dan aktivitas jiwa” energi psikis tersebut sejajar dengan fisik walupun berbeda diantara keduanya. bila dorongan seksual dipuaskan, maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan, seperti air dalam selang yang tersumbat. Konflik-konflik yang terjadi pada seseorang akan meningkatkan ketegangan, bila seseorang ingin hidup normal, maka ketegangan tersebut harus dikurangi atau dihilangkan.

1.      Konsep psikianalisa

Psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang berupaya menjelaskan perilaku manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam disiplin psikologi ini terdapat banyak cabang yang meski sama-sama menjelaskan faktor-faktor determinan perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrem. Salah satu titik ekstrem adalah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang berkeyakinan bahwa segala macam perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya yang disebutnya stimulus. Tujuan perilaku manusia adalah merespon stimulus ini. Sedangkan di ujung lainnya berdiri aliran Psikoanalisa yang dikomandani oleh Sigmund Frued, beserta derivatnya. Aliran ini berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam dirinya yang terletak jauh di alam bawah sadar. Di antara kedua ekstrem tersebut bercecer aliran-aliran lain yang merupakan konvergensi dari kedua ekstrem tersebut.

2.Perilaku dari sudut pandang psikoanalisa
Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur : kepala, kaki, lengan dan batang tubuh, Sigmund Frued, berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing sistem tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id, Ego, dan Superego.

3.      Persepsi tentang sifat manusia

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Hal ini menunjukkan aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik.

Namun menurut Gerald Corey mengutip perkataan Kovel, dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu dimana rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
4.      Perampungan tingkat psikoseksuil

Kematangan pribadi bergantung pada keberhasilan yang diperoleh dalam perampungan (tingkatpsikoseksuil) yang terdiri dari: Tingkatoral, terjadi pada tahun pertama Tingkat Anal, terjadi 3 atau 4 tahun Tingkat Phalik: terjadi sekitar umur 5-7 tahun
a.    Kompleks Oedipus,
b.   Kompleks elektra Tingkat latensi,
Terjadi pada usia 8-12 tahun Tingkat genital, mulai pada permulaan pubertas dan berlangsung terus sampai dewasa.

5.      Kesadaran dan ketidaksadaran

Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul merupakan konsekuensi logisnya.

Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti:
a.       Kekeliruan
Seperti salah-ucap,salah-baca,lupa,salah-tindak.
b.      Mimpi-mimpi
Sewaktu orang tidur, tenaga sensor menjadi kendor; sehingga memungkinkan dorongan, harapan dan nafsu-nafsu yang didorongkan dalam ketidaksadaran itu menyelinap ke dalam kesadaran dalam bentuk mimpi.
c.       Neurosa
Kompleks-kompleks terdesak dapat juga memanifeskan diri dalam simptom-simptom patologis (sakit).
d.      Sublimasi
Sublimasi merupakan pengantian dan penghilangan kompleks-kompleks terdesak dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan di himpun dalam alam ketidaksadaran.

6.      Kecemasan

GeraldCoreymengartikankecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada.Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya datang. Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
a.    Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b.      Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan
c.       Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

7.      Perkembangan kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu:
a.     tahap oral,
b.    tahap anal: 1-3 tahun,
c.     tahap palus: 3-6 tahun,
d.    tahap laten: 6-12 tahun,
e.     tahap genetal: 12-18 tahun
PENUTUP

          Demikian yang dapat sedikit saya ulas mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan tulisan ini.

          Penulis  sangat berharap  kepada para pembaca untuk sekiranya sudih memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi kesempurnaan tulisan ini dan  penulisan di kesempatan berikutnya.

Semoga tulisan ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                       
Sobur,Alex.Msi. (2003). Psikologi Umum dalam Sejarah, Bandung : Pustaka Setia.
Irwanto. (2002). Psikologi Umum Panduan Mahasiswa. PT. Prennhallindo.Jakarta.
Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo Persada. Jalarta.
Kartini Kartono. (1996). Psikologi Umum. CV. Mandar Maju. Bandung.
Sarlito W. Sarwono. (2010). Pengantar Psikologi Umum. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar