Rabu, 15 April 2015

Makalah Psikologi Dalam Perspektif Islam Potensi-Potensi Manusia

Makalah Psikologi Dalam Perspektif Islam
Potensi-Potensi Manusia



A.    Pendahuluan
Pada dasarnya manusia diciptakan Allah hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun lain dari pada itu manusia juga di beri amanat oleh Allah untuk mengelola dan memamfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur lahir dan batin. Begitu mulianya manusia diciptakan oleh allah SWT. Dengan diberi potensi yang sedemikian rupa, maka manusia dapat berpikir dan memngembangkan potensi yang terdapat pada dirinya. Dan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut, manusia dibekali kemampuan untuk terus belajar.  
Dalam pembahasan makala ini penulis akan  menjelaskan tentang hekeket dan  beberapa potensi dasar yang dimiliki oleh manusia. Menurut pendapat Al-Qur’an dan pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh lain.
Semoga dengan adanya penjelasan tersebut kitta menjadi paham akan hekeket dan potensi manusia dalam segi perspektif islam . Terutama bagi penulis sendiri agar menambah wawasan dan cakrawala tentang manusia di dalam ilmu psikologi perspektif islam.

B. HAKEKAT DAN POTENSI  MANUSIA
            Hakikat  manusia tidak bisa dipisahkan dari ketergantungannya pada manusia lain, karena manusia juga dapat disebut sebagai makhluk sosial. Alaxis Carrel yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat perpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada diluar dirinya. Pendapat ini menunjukkan tentang betapa sulitnya memahami manusia secara tuntas dan menyeluruh. Sehingga setiap kali seseorang selesai memahami dari satu aspek tentang manusia, maka muncul pula aspek yang lainnya.
             Menurut Sastraprateja bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia hanya bisa dilihat dalam perjalanan sejarah-sejarahnya dan dalam sejarah bangsa manusia itu sendiri. apa yang di peroleh dari pengamatan kita atas pengamatan manusia adalah suatu rangkaian anthtropoligical constans, yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang dimiliki manusia. dari teori Sastraprateja ada enam antropological Constant yang dapat ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia yaitu:
  1. Relasi manusia dengan kejasmanian, alam dan lingkungan ekologis
  2. Ketertiban dengan sesama
  3. Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional
  4. Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat
  5. Hubungan timbal balik antara teori dan praktek
  6. Kesadaran religius dan pemeluk agama
            Pengkajian tentang manusia jika dipandang dari berbagai aspek. Dari segi fisik disebut antropologi fisik. Dari sudut pandang budaya disebut antropologi budaya, sedangkan yang memandang manusia dari segi hakikatnya yaitu antropologi filsafat. Dari pandangan filsafat ini menyebabkan pengkajian tentang hakikat manusia itu tidak pernah berakhir. Sehingga ada 4 aliran yang berbicara apa itu manusia. Aliran tersebut yaitu :
1.      Aliran serba zat yang berfikir serba rasional dan mengatakan bahwa manusia yang sungguh-sugguh ada itu merupakan zat dan materi.
2.      Aliran serba ruh yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada itu hakikatnya adalah berasal dari ruh atau arwah, begitu juga dengan manusia. Sementara zat hanyalah manifestasi atau sebuah perwujudan dari ruh.
3.      Aliran dualisme yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada itu merupakan gabungan dari zat dan ruh. Begitu jagu dengan manusia, bahwa manusia itu terdiri dari dua substansi yaitu Zat dan Ruh atau dengan kata lain jasmani dan rohani.
4.      Aliran eksistensialisme yang memandang bahwa manusia bukanlah berasal dari zat maupun  ruh akan tetapi dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

 C. Potensi manusia

            Dalam istilah kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras dan kuat. Dalam pemahaman lain, kata potensi mengandung arti kekuatan, kemampuan, daya,baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum sepenuhnya optimal. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan dan kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi dapat menjadi perilaku apabila dikembangkan melalui proses pembelajaran. Manusia  tidak akan bisa mewujudkan potensi diri dalam perilaku apabila potensi yang dimiliki itu tidak dikembangkan. Potensi yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang ke arah yang baik maupun sebaliknya. Jika seseorang hidup di dalam lingkungan yang tidak baik, maka potensinya juga akan berkembang ke arah yang tidak baik sehingga perilakunya cenderung menjadi perilaku yang tidak baik pula. Untuk mencegah perilaku yang tidak baik, manusia memerlukan usaha yang sadar dan sistematis untuk menangatasinya. Usaha tersebut diperoleh melalui pendidikan secara formal maupun nonformal, di samping pendidikan usaha-usaha itu juga dapat dilakukan melalui pergaulan yang baik.Proses untuk mengembangkan potensi ke arah yang baik itu dilakukan melalui hubungan dengan orang lain atau interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan social maupun perubahan alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan berbagai makhluk yang berbudaya. Manusia tidak liar, baik secara social maupun alamiah.
Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya pendidikan.dan berikut ini merupakan beberapa aspek-aspek potensi manusia, antara lain :

1.      Aspek Filosofis

            Dalam hal  ini manusia disebut sebagai makhluk yang ‘Homo Sapiens’ yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. ‘Animal Rational’ yaitu binatang yang dapat berpikir. Homo Faber’ yaitu makhluk yang dapat bekerja dan menciptakan sesuatu. Homo Laquen’yaitu makhluk yang bisa menciptakan bahasa sendiri untuk berkomunikasi. ‘Homo Religius’, yaitu makhluk yang beragama.

2.       Aspek Psikologis
            Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut ‘Psychophyisik Netral’ atau manusia yang individual yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (selftandingness) jasmaniahnya dan rohaniah. Didalam kemandirian itu manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang.
3.       Aspek Sosiologis Dan Kultural
            Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat dan akan saling ketergantungan dengan yang lain.
4.       Aspek Pedagogis
Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo Educondum’ yaitu makhluk yang harus dididik. Jadi disini pendidikan berfungsmengoptimalkan potensi  manusia tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia sebagai makhluk paedagogis membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Sehingga dengan potensi tersebut mampu menjadi khalifah di bumi yang dapat manggunakan potensi dengan bijak.
D. Potensi manusia didalam Al-Qur’an
            Di dalam kitab suci Al-Qur’an ada banyak penjelasan yang membahas tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya (Allah SWT). Manusia merupakan makhluk yang sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal,pikiran dan nafsu.
Murthada Mutahhari menjelaskan pandangan Al-Qur’an tentang manusia, yaitu manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di bumi, serta sebagai makhluk semi samawi dan semi duniawi yang didalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, langit dan bumi. Akan tetapi manusia sering melupakan hakikat kedudukannya sebagai hamba Allah.
            Di dalam kitab suci Al-Quran potensi-potensi manusia dikenalkan dengan berbagai macam kata-kata untuk memahami manusia secara mendalam yaitu al-insan,al-ins,al-basyar,al-nas,dan Bani Adam.  
            Kata insan jika berasal dari  kata anasa mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Pengertian ini menunjukkan adanya potensi untuk dapat dilihat pada diri manusia, artinya manusia merupakan makhluk yang dapat diberikan ilmu pengetahuan. Kemudian kata insan bila dilihat dari asal kata nasiya yang artinya lupa, menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk yang bisa melakukan dari lupa dan salah.
            Al-Ins hampir semua bersanding dengan kata Al-Jin namun dua kata ini memiliki arti yang berbeda dan berlawanan.  Kata Al-Jin dalam Al-Qur’an menerangkan suasana yang mencekam dan mengerikan, kebuasan, dan kacau, sedangkan Al-Ins  bermakna kelembutan, jinak, dan kedamaian. Dalam mu’jam ghorib al-quran lil ashfahani ditambahkan bahwa al-ins berarti berbeda juga dari sekelompok orang. Dikatakan seperti itu karena banyaknya sifat ramah atau senangnya. Oleh karena itu dikatakan hewan yang jinak. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa manusia berpotensi untuk bertingkah laku yang lembut Dan labih senang dengan keadaan damai.
            Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. kata Al-Basyar ini dinyatakan dalam alqur’an sebanyak 36 kali yang tersebar dalam 26 surat. Pemaknaan manusia dengan al-basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum,berjalan, dan lain2 yang bersifat jasmaniah
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manusia, dilihat dari kaitannya dengan kata insan, merupakan makhluk yang berpotensi. Kemudian jika dikaitkan dengan kata basyar, manusia satu dengan lainnya merupakan makhluk yang sama dari aspek lahiriyahnya, yaitu makhluk yang memiliki kesamaan dalam bentuk tubuh, makan dan minum dari sumber yang sama dari alam ini, sama mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan pada akhirnya akan menemui ajalnya, kembali kepada Sang pencipta. Jadi pada dasarnya manusia memiliki potensi jasmani dan rohani. Potensi jasmani mengacu pada kata basyar dan potensi rohani mengacu pada kata insan. Dengan potensi tersebut mampu menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, sebagai pendukung, penerus dan pengembang kebudayaan.
            Kata Al-Nas juga menerangkan di dalam Al-Qur’an yaitu untuk menunjukkan kepada makna lawan dari binatang buas. Ia diartikan sebagai makhluk yang senantiasa tunduk dan patuh pada allah. Kata ini menunjukkan kepada karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Hal ini menggambarkan bahwa potensi manusia yang bisa untuk patuh kepada aturan-aturan allah, juga bisa labil dan menjadi pembangkang. namun hanya sebagian manusia yang mau memmpergunakannya sesuai dengan ajaran Tuhannya. Sedangkan sebagian yang lain menggunakan potensi tersebut untuk menentang aturan-aturan tuhan.
            Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul Mukti Ro’uf, 2008: 39). Adapun kata bani adam yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278). bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum (Samsul Nizar,2001: 52). Dalam al-qur’an kata bani adam merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah kepada anak adam dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain agar saling bersatu, berbudaya, dan beribadah. Dari keterangan tersebut dapat dilihat bahwasanya manusia itu berpotensi untuk saling bersatu dan berbudaya dalam suatu kesatuan.



E. Potensi Manusia Menurut Agama Islam
Manusia merupakan makhluk yang sangat luar biasa dengan segala potensi yang dimilikinya. Pada saat ini telah banyak terjadi perkembangan dan kemajuan yang dibuat oleh manusia. ini disebabkan oleh potensi otak manusia yang luar biasa hebat. Kemampuan otak manusia dapat menerima dan menyimpan banyak memori. Dengan pemanfaatan otak ini manusia telah banyak menciptakan inovasi baru.
Pada hakikatnya manusia sejak lahirnya telah diberi oleh Allah berbagai macam potensi. Potensi-potensi tersebut berupa potensi.untuk mendengar (sam’a), potensi untuk melihat (abshara), dan potensi memahami dengan hati (af-idah). Ketiga potensi tersebut merupakan potensi dasar yang perlu dikembangkan.Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan anak cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh perkembangan zaman, lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang diikuti dengan semakin beranekaragamnya peradaban dari generasi ke generasi. Berikut ini beberapa potensi manusia menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat berpikir, menyusun konsep-konsep, menciptakan sesuatu, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor penilain manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak selalu dimaknai sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan faktor yang lain dalam proses perkembangannya. Termasuk juga faktor lingkungan.
3. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin.permasalahan ruh ini memang  tidak bisa sepenuhnya dapat dimengerti manusia karena manusia memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan. dan selebihnya hanyalah allah yang manetahui urusan ruh. Allah swt berfirman:
Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
4. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Terkadang  senang terkadang juga susah. Kadang setuju kadang menolak.
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
5. Potensi Nafsu
Dalam bahasa indonesia nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk berbuat kurang baik'. Sementara nafsu yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain,nafsu ini berpotensi positif dan negatif.Hakikatnya, nafsu pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat dari pada potensi positif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsunya agar tidak kotor.
potensi dasar manusia dapat mengambil wujud dorongan-dorongan  naluriah dimana pada dasarnya manusisa memiliki tiga dorongan nafsu, yaitu :
a.      Dorongan naluri mempertahankan diri
            Naluri  mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan untuk mencari makanan ketika lapar, menghindari diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman. Dorongan menjaga diri berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelang sungan hidup seseorang.
            Dalam kitab  Al-qur’an ada ayat-ayat yang menunjukkan tentang naluri manusia untuk mempertahankan diri, di antaranya pertahanan diri dari lapar,haus,kepanasan, kedinginan,dan kesakitan.

b.  Dorongan naluri mengembangkan diri
            Naluri mengembangka diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan antara rohani dan jasmani. Dimensi jasmani yang statis dihiasi dimensi  rohani melahirkan sebuah unsur yang dinamika. Dinamika diri ini terarah pada uasah pengembangan diri  yag terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan  bahkan pada bentuk aktualisasi diri. Seperti dorongan rasa ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. pada dorongan inilah yang menjadikan budaya-budaya manusia makin maju dan makin berkembang.
            Dalam  konsep islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi yang  ada pada dirinya, sehingga manjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas  akan diberikan kedudukan yang mulia di sisi Allah.

C. dorongan Naluri diri mempertahankan jenis
              Manusia  ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan tetap hidup. Dorongan nafsu ini terlihat oleh adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka.
 Dorongan naluri melestarikan keturunan terbagi manjadi 2 dorongan :
1.      Dorongan seksual
2.      Dorongan keibuan
                Dengan adanya tiga naluri tersebut, maka setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang dilakukannya setiap hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh oleh tiga naluri tersebut.Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji. Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat. Tetapi karena manusia memiliki hawa nafsu, maka dari itulah derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat, syetan, bahkan semua makhluk ciptaan Allah.
Karena di dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat menyamakan derajat pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan Nabi Muhammad tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai apa yang telah ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis.Sebagaimana dalam Al-Quran yang isinya “Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis Nabi)”. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat baik dan berbuat buruk.
Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan salah. Akan tetapi, sebaik-baiknya manusia ialah yang berbuat salah dan bisa manobatiobati. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran, yang artinya “Setiap anak turunnya nabi Adam pasti melakukan kesalahan, sebaik-baiknya kesalahan, yaitu ditobati”.
Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat dikategorikan sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk. Yang mana kita telah mengetahui orang yang melakukan perbuatan yang tercela atau buruk, Allah selalu memberikan balasan yang jelek pula.
Seperti di dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 14 yang artinya “Barang siapa yang menentang Allah, Rasul, dan melanggar aturan-aturan-Nya, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Di dalam hadis Nabi bersabda bahwa di dalam neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Di dalam hadis itu juga diterangkan bahwa api yang ada di neraka itu berwarna hitam, itu karena begitu  panasnya di dalam neraka.
Orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang berdosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Di zaman sekarang, baik dosa kecil maupun dosa besar, tingkat ketakutannya itu hampir tidak ada. Banyak orang yang meninggalkan solat dengan sengaja, tidak berzakat, minum minuman yang memabukkan atau dalam Al-Quran disebut khomr, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi.
Itulah pekerjaan syetan yang selalu mengganggu anak turun Adam supaya mereka banyak yang masuk ke dalam neraka. Dan, Allah pun telah meridhokan syetan untuk mengganggu sebanyak-banyaknya untuk dijerumuskan ke dalam neraka.
Adapun syetan itu lebih pintar untuk menggoda anak Adam karena syetan telah hidup berabad-abad tahun. Padahal dalam Al-Quran telah dijelaskan dalam surat Bani Israil yang artinya, ”Dan janganlah kalian mendekati zina karena zina itu adalah sejelek-jeleknya perbuatan”.
Tetapi jika kita sebaliknya, jika kita taat, maka kita akan dimsukkan ke dalam surga. Seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 13 yang artinya, “Barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga, yang mana mereka kekal selamanya di sana”.
Seperti kita telah ketahui bahwa surga adalah senikmat-nikmatnya tempat. Semua orang pasti ingin ke sana. Orang-orang yang masuk ke dalam surga ini jelaslah bukan orang-orang yang senang berbuat tercela. Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat kebajikan dan ikhlas dengan niat karena Allah.
Refrensi :
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Sholeh, Abdurrahman, Pengantar Psikologi dalam Perspektif Islam,jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Quraish Shihab. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar