Pada kesempatan kali ini, perkenankan saya berbagi tentang mata kuliah favorit saya. Saya, masih aktif menjadi mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Gresik. Fakultas Psikologi adalah jurusan saya.
alasan saya mengambil jurusan tersebut ialah salah satunya saya bercita-cita ingin memiliki profesi di dunia psikologi. karena menurut saya dunia psikologi adalah dunia yang menyenangkan. ketika kita bisa membantu menyelesaikan permasalahan orang lain atau minimal meringankan bebanya. saya akan merasa menjadi seorang yang lebih berguna.
selama saya menjadi mahasiswa, saya menyukai mata kuliah PSIKOLOGI UMUM. berikut akan saya bagikan sedikit tentang beberapa aliran dalam ilmu psikologi.
A. Aliran Strukturalisme
alasan saya mengambil jurusan tersebut ialah salah satunya saya bercita-cita ingin memiliki profesi di dunia psikologi. karena menurut saya dunia psikologi adalah dunia yang menyenangkan. ketika kita bisa membantu menyelesaikan permasalahan orang lain atau minimal meringankan bebanya. saya akan merasa menjadi seorang yang lebih berguna.
selama saya menjadi mahasiswa, saya menyukai mata kuliah PSIKOLOGI UMUM. berikut akan saya bagikan sedikit tentang beberapa aliran dalam ilmu psikologi.
A. Aliran Strukturalisme
Psikologi struktural atau strukturalisme
merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui
metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi
(konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi
konten.
Aliran
Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang
mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem
kompleks yang saling berhubungan. Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap
sebagai salah satu tokoh penggagas aliran ini, meskipun masih banyak
intelektual Perancis lainnya yang dianggap memberi pengaruh lebih luas. Aliran
ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain,seperti sosiologi, antropologi,
psikologi, psikoanalisis , teori sastra dan arsitektur. Ini
menjadikan strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah
gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alas eksistensialisme di
Perancis tahun 1960-an.
Menurut
Alison Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk
‘kecenderungan intelektual’. Pertama, struktur menentukan posisi setiap
elemen dari keseluruhan. Kedua, kaum strukturalis percaya bahwa setiap
sistem memiliki struktur. Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan
perubahan. Dan terakhir struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di
bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.
Strukturalisme
memiliki berbagai tingkat pengaruh dalam ilmu sosial, dan pengaruh sangat kuat
dapat terlihat di bidang sosiologi. Aliran Strukturalis menyatakan bahwa budaya
manusia harus dipahami sebagai sistem tanda (system of signs). Robert Scholes
mendefinisikannya sebagai reaksi terhadap keterasingan modernis dan
keputusasaan. Para kaum strukturalis berusaha mengembangkan semiologi
(sistem tanda). Ferdinand de Saussure adalah penggagas strukturalisme abad
ke-20, dan bukti tentang hal ini dapat ditemukan dalam Course in General
Linguistics, yang ditulis oleh rekan-rekan Saussure setelah kematiannya dan
berdasarkan catatan para muridnya. Saussure tidak memfokuskan diri pada
penggunaan bahasa (parole, atau ucapan), melainkan pada sistem yang
mendasari bahasa (langue). Teori ini lalu muncul dan disebut
semiologi. Namun, penemuan sistem ini harus terlebih dahulu melalui
serangkaian pemeriksaan parole (ucapan). Dengan demikian, Linguistik
Struktural sebenarnya bentuk awal dari linguistik korpus
(kuantifikasi). Pendekatan ini berfokus pada bagaimana sesungguhnya
kita dapat mempelajari unsur-unsur bahasa yang terkait satu sama lain
’sinkronis’ daripada ‘diakronis’. Akhirnya, dia menegaskan bahwa
tanda-tanda linguistik terdiri atas dua bagian, sebuah penanda (pola suara dari
sebuah kata, baik dalam proyeksi mental – seperti pada saat kita
membaca puisi untuk diri kita sendiri dalam hati – atau sebenarnya, realisasi
fisik sebagai bagian dari tindak tutur) dan signified (konsep atau arti kata). Ini sangat berbeda dari
pendekatan sebelumnya yang berfokus pada hubungan antara kata dan hal-hal di dunia dengan referensinya.
Psikologi
struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi
pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi
dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang
juga disebut dengan psikologi konten.
Pendekatan
psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford
Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan
oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang
dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt
ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.
Dalam
konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener
memiliki 3 tujuan :
1. Menggambarkan komponen-komponen
kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
2. Menggambarkan kombinasi kesadaran
sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen
kesadaran dengan sistem saraf
Kesadaran diatas diartikan
sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman sebagaimana
hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara
yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya
dan kondisi emosional serta motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman
langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi
strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada
manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan
dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang
mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol
atas isi kesadaran.
Subjek pembahasan yang tepat
bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi.
Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari
kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang
akan merusak intergritasnya.
Sedangkan metode eksperimental
yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah
introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk
menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap
valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh
pengamat awam.
Disamping kelemahan psikologi
struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi
dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural
memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong
psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin
formal yakni psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga
psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.
B.
Aliran Fungsionalisme
Fungsionalisme
adalah aliran psikologi yang memandang bahwa manusia harus dipandang secara
menyeluruh. Apa yang dilakukan manusia sebagai aksi adalah hal yang kompleks
yang merupakan manifestasi dari jiwa dan mempunyai maksud tertentu bukan hanya
disebabkan oleh sesuatu hal. Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses
mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis.
1. Konsep
Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang
menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi
adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme lebih menekankan pada
fungsifungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha
menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam
kehidupan.
Aliran
fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada
masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari
psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu
strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai
sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun
psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki
macam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.R.Anggell dan James
Mc.Keen Cattell.
2. Tokoh-tokoh
·
John Dewey
(1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang
filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam
perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbian
University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adalah suatu kesatuan yang
utuh, tidak dapat dipecah ke dalamm bagian-bagian atau elemen (seperti yang
dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa
dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila
difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai
adaptasi manusia.
·
James Rowland
Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai
rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan
menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah
mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat
kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental,
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind
and body.
·
Harvey A. Carr
(1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago
setelah menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi
aliran yang mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme.
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia
menjelaskan berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan
thinking )dengan kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
3. Ciri
– Ciri Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu
:
·
Menekankan
pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
·
Mampuan
individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan
adalah sesuatu yang terpenting.
·
Sangat
memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi
berbagai bidang dan kelompok manusia.
·
Aktivitas
mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons
adalah suatu kesatuan.
·
Psikologi
sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari
biologi.
·
Menerima
berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, Metode yang
digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
4. Metode
– metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau
proses mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh
aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan
instropeksi.
·
Metode
observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
-
Metode
Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan
ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh
dan sistem sarafnya.
-
Metode
Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan
anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode
variasi kondisi iniah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
-
Metode
Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa
pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini
terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit
dikuantitatifkan.
5. Aliran
dalam Fungsionalisme
Fungsionalisme mempunyai 2 (dua) aliran, namun pendiri fungsionalisme
itu sendiri adalah :
1.
Aliran
Fungsionalisme Chicago
Terdapat banyak tokoh Fungsionalisme di
Universitas Chicago sehingga dapat dikatakan menjadi aliran tersendiri yang
disebut Fungsionalisme Chicago.
- John
Dewey (1859-1952)
Pada tahun 1886 menulis buku yang berjudul
“Psychology” dan dalam bukunya ini beliau mengenalkan Cara orang Amerika belajar psikologi yaitu melalui cara pragmatisme. Sarjana-sarjana di Amerika
kurang tertarik dengan pertanyaan “Apakah jiwa itu?” tetapi lebih tertarik pada
pertanyaan “Apakah kegunaan jiwa?” John Dewey juga menganjurkan metode yang Ia
sebut dengan Learning by doing (belajar sambil melakukan) Dewey berpendapat
bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus selalu mempunyai tujuan, oleh karena
alasan itulah ia menentang teori elementarisme.
-
James
Rowland Angell
James memiliki tiga pandangan terhadap
fungsionalisme, yaitu:
·
Fungsionalisme
adalah psikologi tentang “mental operation” (aktivitas bekerjanya jiwa) sebagai
lawan dari psikologi tentang elemen-elemen mental,
·
Fungsionalisme
adalah psikologi tentang kegunaan dasar-dasar kesadaran. Ini juga disebut
sebagai teori emergensi dari kesadaran,
·
Fungsionalisme
adalah psiko-phisik, yaiitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang
terdiri dari badan dan jiwa.
2.
Aliran
Fungsionalisme Columbia
Selain di Chhicago, Fungsionalisme juga
mempunyai banyak tokoh di Teachers College Columbia yang disebut aliran
Columbia. Ciri aliran ini adalah kebebasannya meneliti tingkah laku yang
dianggap sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan psikologi tak perlu
ersifat deskriptif karena yang penting adalah korelasi tingkah laku dengan
tingkah laku lain.
-
James
MC Keen Cattel (1866-1944)
Keen Cattel mengusung teori mengenai
kebebasan dalam mempelajari tingkah laku. Ia mempunyai dua pandangan mengenai
aliran fungsionalisme, yaitu:
·
Fungsionalisme
tidak perlu menganut paham dualisme karena manusia dianggap sebagai keseluruhan
yang merupakan suatu kesatuan,
·
Fungsionalisme tidak perlu deskriptif dalam mempelajari
tingkah laku, karena yang penting adalah fungsi tingkah laku. Sehingga yang
harus dipelajari adalah hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku dengan
tingkah laku lainnya.
-
Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee pernah bekerja di “Teachers
College of Columbia” dibawah kepemimpinan James Mc. Keen Cattel. Thorndike
lebih menekankan penelitiannya pada cara dan dasar belajar. Dasar pembelajaran
yaitu asosiasi dan cara coba-salah (trial and error). Ia merumuskan beberapa
prinsip:
·
The
Law of Effect yaitu hukum yang menyatakan intensitas hubungan antara
stimulus-respons akan meningkat jika mengalami keadaan yang menyenangkan,
sebaliknya akan melemah jika keadaan tak menyenangkan.
·
The
Law of Exercise atau The Law of use and disuse adalah hukum bahwa
stimulus-respons dapat timbul atau didorong dengan latihan berulang- ulang.
C. Aliran
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi
fungsi dan perilaku Psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan
Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis"
Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang
dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan
istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran
mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfrefd Adler, yang menciptakan nama ''psikologi analitis'' dan ''psikologi individual'' bagi ajaran masing-masing.
Aliran ini
pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud
(1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien
yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat
seorang masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari
kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan
sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang
ketidaksadaran telah banyak mengilhami para ahli psikologi analisis yang hidup
setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada
pengertian dan pengobatan gangguan mental. Ia sedikit sekali menaruh minat
terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; sensasi,
persepsi, berfikir dan kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan
dan mengarahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang
diistilahkannya sebagai ketidaksadaran.
Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang Normalitas dan Abnormalitas psikologis dan perawatan terhadap orang-orang yang tidak normal. Menurut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidaksadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar didasarkan pada interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi.
Menurut Freud, “Dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dan konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari”. Dalam formulasi-formulasi Freud “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Karena, menurut Freud “Dorongan seksual melahirkan sejumlah energi psikis yang disebut libido untuk perilaku dan aktivitas jiwa” energi psikis tersebut sejajar dengan fisik walupun berbeda diantara keduanya. bila dorongan seksual dipuaskan, maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan, seperti air dalam selang yang tersumbat. Konflik-konflik yang terjadi pada seseorang akan meningkatkan ketegangan, bila seseorang ingin hidup normal, maka ketegangan tersebut harus dikurangi atau dihilangkan.
1.
Konsep psikianalisa
Psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang berupaya menjelaskan perilaku
manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam disiplin psikologi ini terdapat
banyak cabang yang meski sama-sama menjelaskan faktor-faktor determinan
perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrem. Salah satu
titik ekstrem adalah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang berkeyakinan
bahwa segala macam perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
dirinya yang disebutnya stimulus. Tujuan perilaku manusia adalah merespon
stimulus ini. Sedangkan di ujung lainnya berdiri aliran Psikoanalisa yang
dikomandani oleh Sigmund Frued, beserta derivatnya. Aliran ini berasumsi bahwa
energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam dirinya yang terletak
jauh di alam bawah sadar. Di antara kedua
ekstrem tersebut bercecer aliran-aliran lain yang merupakan konvergensi dari
kedua ekstrem tersebut.
2.Perilaku dari sudut pandang psikoanalisa
Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai
struktur : kepala, kaki, lengan dan batang tubuh, Sigmund Frued, berkeyakinan
bahwa jiwa manusia juga mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari
bagian-bagian dalam ruang. Struktur jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem
yang berbeda. Masing-masing sistem tersebut memiliki peran dan fungsi
sendiri-sendiri. Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya
sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi : Id,
Ego, dan Superego.
3.
Persepsi tentang sifat manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia
itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan
biologis dan dorongan naluri psikoseksual pada masa enam tahun pertama dalam
kehidupannya. Hal ini menunjukkan aliran teori Freud tentang sifat manusia pada
dasarnya adalah deterministik.
Namun menurut Gerald Corey mengutip
perkataan Kovel, dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar,
determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Ajaran
psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa
yang dibayangkan pada orang tersebut.
Freud memberikan indikasi bahwa
tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan
dorongan agresif itu dimana rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya
dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
4.
Perampungan tingkat
psikoseksuil
Kematangan pribadi bergantung pada
keberhasilan yang diperoleh dalam perampungan (tingkatpsikoseksuil) yang
terdiri dari: Tingkatoral, terjadi pada tahun pertama Tingkat Anal, terjadi 3
atau 4 tahun Tingkat Phalik: terjadi sekitar umur 5-7 tahun
a.
Kompleks Oedipus,
b.
Kompleks elektra
Tingkat latensi,
Terjadi pada usia 8-12 tahun Tingkat genital, mulai pada
permulaan pubertas dan berlangsung terus sampai dewasa.
5. Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman tentang kesadaran dan
ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran
Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian
bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung,
karena perilaku yang muncul merupakan konsekuensi logisnya.
Menurut Gerald Corey, bukti klinis
untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal
berikut, seperti:
a.
Kekeliruan
Seperti salah-ucap,salah-baca,lupa,salah-tindak.
b.
Mimpi-mimpi
Sewaktu orang tidur, tenaga sensor menjadi kendor;
sehingga memungkinkan dorongan, harapan dan nafsu-nafsu yang didorongkan dalam
ketidaksadaran itu menyelinap ke dalam kesadaran dalam bentuk mimpi.
c.
Neurosa
Kompleks-kompleks terdesak dapat juga memanifeskan diri
dalam simptom-simptom patologis (sakit).
d.
Sublimasi
Sublimasi merupakan pengantian dan penghilangan
kompleks-kompleks terdesak dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Sedangkan
kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan
pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah
permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang
terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia,
semua pengalaman dan memori yang tertekan akan di himpun dalam alam
ketidaksadaran.
6. Kecemasan
GeraldCoreymengartikankecemasan itu
adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu.
Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang
sistem kontrol atas energi psikis yang ada.Fungsinya adalah mengingatkan adanya
bahaya datang. Sedangkan menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada
tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
a.
Kecemasan
realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat
kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b.
Kecemasan
neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan
c.
Kecemasan moral
adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral.
7.
Perkembangan kepribadian
Perkembangan manusia dalam
psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses
perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa.
Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan
dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan
sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang
terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu:
a. tahap oral,
b. tahap anal: 1-3 tahun,
c. tahap palus: 3-6 tahun,
d. tahap laten: 6-12 tahun,
e. tahap genetal: 12-18 tahun
PENUTUP
Demikian
yang dapat sedikit saya ulas mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan tulisan ini.
Penulis sangat berharap kepada para pembaca untuk sekiranya sudih memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi kesempurnaan tulisan ini dan penulisan di kesempatan berikutnya.
Semoga tulisan ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur,Alex.Msi.
(2003). Psikologi Umum dalam Sejarah, Bandung : Pustaka Setia.
Irwanto. (2002). Psikologi
Umum Panduan Mahasiswa. PT. Prennhallindo.Jakarta.
Sumadi Suryabrata.
(2006). Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo Persada. Jalarta.
Kartini Kartono.
(1996). Psikologi Umum. CV. Mandar Maju. Bandung.
Sarlito W. Sarwono.
(2010). Pengantar Psikologi Umum. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
http// Makalah-Psikologi.htm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar